Monday, March 19, 2012

Analisa Keseimbangan Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia

Model dinamis merupakan salah satu alat analisa yang dapat digunakan untuk mengevaluasi dampak jangka pendek dan jangka panjang dari suatu kebijakan (Swastika, 1999). Dampak suatu kebijakan pemerintah dalam sektor pertanian saat ini sering baru terlihat beberapa bulan bahkan beberapa tahun kemudian. Petani tidak dapat langsung mengantisipasi kebijakan tersebut dan kebijakan tersebut sering mempunyai pengaruh yang lambat terhadap perubahan atau perbaikan yang ingin dicapai. Selain itu sifat kegiatan produksi pertanian baru dapat dilihat hasilnya setelah beberapa waktu masa tanam.

Penetapan kebijakan pemerintah tentang harga dasar pembelian gabah dan beras pemerintah (HDPP) yang dituangkan dalam inpres No.9/2002 pada tanggal 21 Desember 2001 (pertengahan musim tanam MH 02/03), didalamnya menyebutkan HDPP untuk gabah yang baru adalah Rp. 1.725/kg. Sementara dalam inpres sebelumnya harga gabah adalah Rp. 1.500/kg. Kebijakan harga gabah tersebut ditanggapi positif oleh produsen yang dilihat dengan adanya kenaikan penawaran beras di pasar domestik.

Sebaliknya, pada saat subsidi pupuk, harga pupuk tidak lagi diatur oleh pemerintah namun menyesuaikan mekanisme pasar, telah menyebabkan harga pupuk di tingkat petani mengalami kenaikan. Kenyataannya, penghapusan harga eceran tertinggi (HET) tersebut tidak mengubah pola pikir maupun perilaku pemupukan yang efisien, sehingga penawaran beras justru mengalami fluktuasi. Dinamika penawaran yang demikian fluktuatif sangat rentan mengingat jumlah penduduk yang terus meningkat sehingga meningkatkan konsumsi.

Analisa ini menggunakan model keseimbangan cobweb dari penawaran dan permintaan dinamis, mengetahui dampak kebijakan harga gabah dan pupuk dalam jangka pendek dan jangka panjang, serta tingkat stabilitas pasar beras nasional.

Kenaikan suatu haga komoditas pada saat faktor lain tidak berubah akan mendorong produsen untuk meningkatkan jumlah komoditas yang ditawarkan. Demikian juga sebaliknya, apanila harga komoditas itu turun, maka akan mendorong produsen untuk mengurangi jumlah komoditas yang ditawarkan. Kurva penawaran ini didasarkan pada asumsi bahwa produsen berusaha memaksimalkan keuntungan dengan biaya per satuan input sama dengan nilai tambahan per satuan output.

Dalam jangka pendek dan jangka panjang kenaikan harga beras akan meningkatkan penawaran beras. Pengaruh kenaikan harga pupuk urea, dalam jangka pendek akan menurunkan penawaran beras, sementara dalam jangka panjang akan meningkatkan penawaran beras serta menurukan harga beras.

Pengaruh peningkatan pendapatan per-kapita dalam jangka pendek akan meningkatkan permintaan beras, dalam jangka panjang tidak mengakibatkan perubahan permintaan dan harga beras. Sementara itu peningkatan jumlah penduduk dalam jangka pendek dan jangka panjang akan menyebabkan peningkatan permintaan dan harga beras dengan pengaruh yang lebih besar daripada pengaruh peningkatan pendapatan per kapita terhadap permintaan dan harga beras.

Stabilitas keseimbangan system penawaran dan permintaan beras dalam jangka pendek keluar dari keseimbangan, namun dalam jangka panjang system menuju pada harga keseimbangan dan system kembali stabil. Implikasi dari kajian ini adalah bahwa kebijakan harga input dan harga output tidak menimbulkan gangguan stabilitas pasar, penawaran dan permintaan beras relative stabil, artinya cukup aman untuk dilaksanakan. Kajian dengan menggunakan metode keseimbangan dinamis cobweb untuk system permintaan dan penawaran beras di Indonesia telah mampu mengevaluasi pengaruh jangka pendek maupun jangka panjang dari kebijakan harga input dan output pertanian. Artinya, metode ini dapat diimplementasikan untuk kajan sejenis pada komoditas pertanian maupun komoditas diluar pertanian.

No comments:

Post a Comment